Tuesday, January 28, 2014

Jeremy

Jeremy. Kita awal bertemu, terkesan biasa-biasa saja, tidak spesial. Awal aku berbicara padanya saat aku di kelas, menulis dan mengerjakan Kimia. Sebenarnya, aku tidak duduk didekat dia, bangku aku letaknya jauh dari dia. Iyaa, lagi-lagi 1 baris aku katakan jauh. Aku pindah tempat duduk karena tidak kelihatan, spidol yang digunakan untuk menulis tidak begitu nyata, lagian, tempat dimana Jeremy duduk, sangat sepi, tidak begitu ribut. Jadi, aku pindah. 
Saat aku pindah, awalnya aku tidak mengajak siapa-siapa berbicara. Aku diam. Iyaa, aku ini termasuk manusia pendiam kalau belum begitu kenal sama orang. Tapi, karena mata aku ini rabun, walaupun sudah memakai kacamata, tetap, tulisan dipapan tulis tidak begitu nyata. Jadi, mau tidak mau, aku menanya. 
"Hey, itu tulisannya apa yaa? yang setelah kata, "Supaya oktet lebih satu.."?"
"Ooh itu, itu tanda +, pake buka dan tutup kurung.." Dia menoleh kearahku. 
"Oohoke, makasih yaa.." Aku kembali menulis. 

Tiba-tiba, dia menengok kebelakang. Karena aku melihat dia kebelakang, pandanganku ke mukanya, dia hanya tersenyum lalu kembali menulis. 
Aku bingung, "Ini orang kenapa?" kataku dalam hati. 
Aku lanjut menulis catatan yang berada di papan tulis. Aagh, sumpah, kampret tuh spidol. Kagak nyata, udah mata aku rabun lagi, hft, bikin hidupku rempong saja. 
Mau tak mau, aku memanggil Jeremy, "Jeremy..." 
Dia menengok kebelakang, "Iyaa kenapa?"
"Gue liat buku lu dong, ga keliatan soalnya..." 
"Ohiyaa iyaa, niih..." Dengan baik hati, dia membolehkan aku meminjam buku tulisnya. "Wow, ini anak baik sekali..." Kataku dalam hati. "Aah, minjem bentar yaa.." Aku ucap.
"Iyaa..." Lagi-lagi, dia tersenyum. 

Sumpah, senyum dia itu manis. Dan matanya yang bulet sangat ngegemesin. Aku suka sama cowo yang matanya rada-rada belo gitu hehehe~ :3.
Jeremy itu mukanya...... culun. Aaah, hate to say this, tapi itu memang bener:( Dia mukanya keliatan muda banget, kayak masih SD gitu, tubuhnya tidak begitu tinggi. Pertama kali aku berdiri disampingnya, dia lebih pendek dari aku. Sekarang? Aku sebatas bahu dia. Hfftt, Jeremy~ kamu tumbuh cepat sekali siih~>< 
Lalu, dia kurus. Bukan kurus kerempeng kayak tengkorak, tidak. Iyakali kayak tengkorak. Dia itu kurus, tapi ga kurus-kurus amat. Lalu, rambutnya.... Aaah, rambutnya. Rambutnya lurus, rapih dan berwarna hitam, rambut dia mirip-mirip rambut di iklan shampoo Lifebuoy, iyaa, tapi putih-putihnya agak gelap sedikit. (putih-putih bukan ketombe, okeh?)
Dia itu anak yang pintar, murah senyum, baik hati dan rajin. Dia itu ranking 1 dikelas waktu semester 1 lalu. Dia adalah murid "terpintar" dikelas. Banyak cewe yang ngedeketin, iyaa, termasuk aku. Tapi aku ngedeketin dia bermaksud untuk berteman. 
Dia juga anak yang rajin ibadah. Sholat Dzuhur dan Ashar tidak pernah dia lewatkan. Setiap hari saat istirahat, dia pasti keluar untuk beribadah. Memang anak yang sholeh. :)

Suatu hari, aku bertanya kepada temenku apabila Jeremy mempunyai nomor HP. Dan iyaa, dia punya. Aku meminta temanku untuk mengirim nomor dia lewat SMS. Ga berapa lama, teman ku mengirimnya. Aku copy nomornya, lalu aku ketik SMS buat dia, menanyakan tentang tugas Bahasa Sunda. Lalu, aku paste nomornya, trus klik send. Aku ngecek pulsaku, yaa siapa tau, udah mau habis. Ternyata, benar, pulsa ku tinggal Rp 1000,-. Tanpa basa-basi, aku mengambil duit dari tabunganku lalu bergegas ke warung buat beli pulsa. 
Setelah aku beli pulsa, ada SMS masuk, dan itu dari Jeremy. Aku senang dia membalas SMS ku, yaa itu menandakan kalo dia bukan laki-laki yang cuek. SMS dia berkata, 
"Pulsanya mau habis yaa? soalnya ada yang ilang-ilang -.-" Aaah, damn. Pasti waktu ngirim, sinyalnya lagi jelek. 
Aku balas, "Hah iyaa? Maap yaa, mungkin gara-gara pulsa gue mau habis kali yaa jadinya ilang-ilang gitu..." 
Ngga lama, sekitar 2 menitan, dia bales SMS aku. "Wow, dia cepat membalas SMS..." kataku dalam hati. Dia balas, "Hahaha kenapa yaa orang SMS gue pasti pas pulsanya mau habis? Wkwkwk" 
Itu kita SMS-an sampai jam 10 malam. Aku ketiduran. Tiba-tiba aku ngantuk, ga tau kenapa, trus akhirnya ketiduran deeh. Pagi-pagi aku bangun, aku kaget, aku baru ingat, semalam habis SMS-an bersama Jeremy. Oh My God! Cewe macam apa aku ini? Lagi ditengah SMS-an, dia aku tinggalkan begitu saja. Aku langsung mengambil HP aku dan berminta maaf padanya. "Jeremy, maaf yaa, SMS semalem ga gue bales, gue ketiduran-_-" 
Beberapa jam kemudian, dia bales, "Ohiyaa, ga papa kok :D" 

Semenjak aku tahu nomor dia, kita berdua selalu SMS-an. Dan semenjak itu, aku merasa dekat dengan Jeremy. 
Suatu hari, jam setengah 7, dia SMS aku, "Karen, coba gue tebak, lu tadi pulang ujan-ujanan ya?" 
Iyaa, hari itu, saat pulang sekolah, hujan turun dengan derasnya. Beuuh, pulang sekolah, aku bener-bener basah kuyup. 
Lalu, SMS dia aku bales, "Iyaa Jeremy, gue pulang tuuh bener-bener basah kuyup. Baju gue, rok gue, tas gue, sepatu gue, kerudung gue, kacamata gue, muka gue, basaah semuanya-_- lo kehujanan juga ga?" 
3 menit kemudian, dia bales SMS aku. Inilah yang aku suka dari Jeremy, dia selalu cepat membalas SMS. "Jiahahaa, kasian :p. Engga dong, gua mah udah persiapan dari rumah, bawa jas hujan, plastik ama sandal. Tapi tas gue kemasukan air." 
Dan kita berdua terus SMS-an, dari jam setengah 7 sampai jam 12 malam. Bayangin, jam 12 malam. Jujur, aku belum pernah SMS-an sama cowok sampai larut malam, sama Ayah aja ngga pernah sampe jam segitu...
Itulah masa-masa aku mulai sangat dekat dengan Jeremy, begitupun Jeremy, dia mulai dekat dengan diriku. Setiap malam, pasti dia SMS, kalo tidak dia, terkadang aku mulai duluan. Entah dia SMS aku hanya menanyakan udah ngerjain PR atau belum atau aku lagi ngapain. Duh, cewek mana sih yang ga curiga kalo dia mulai kayak begitu? Yang ada ujung-ujungnya malah suka kan? 

Tidak lama, aku mulai jatuh hati kepada Jeremy. Sosok dia yang selalu bikin aku nyaman saat dia berada disampingku, jangankan disampingku, di SMS, dia selalu membalas, setia menemani sampai larut malam. Gimana tidak jatuh hati? :')


You made me fall hard for you. So I'd say, this is all your fault. :') 




Dari perempuan yang jatuh hati kepadanya, mengharapkan bahwa dia merasakan hal yang sama... Tapi, perempuan itu tahu, bahwa itu semua hanya mimpi yang takkan pernah terkabulkan.